Dewa Kipas Curang atau Tidak, Dadang Subur Juga Seorang Patriot
Ia tidak mencoreng nama siapa-siapa.
Sejak namanya banyak dibincangkan, Dewa Kipas telah berulang kali dihakimi. Kini ia dihakimi lagi oleh para elite catur Indonesia, oleh media massa yang sebelumnya mengelu-elukan, oleh para pembelanya di media sosial yang sebelumnya membabi-buta.
Berapa kali lagi Dewa Kipas harus dihakimi?
Pertama ia dihakimi oleh Gotham Chess alias Levy Rozman. Dalam sebuah pertandingan catur yang tidak imbang, satu pihak mengeruk dolar darinya dan pihak lain tidak tahu apa-apa, Levy mendakwa Dewa Kipas curang di hadapan para penonton/pengikutnya di platform streaming Twitch.
“Sepertinya curang,” kata Levy pada 2 Maret itu. Ia mengenakan sweater merah jambu dan kaca mata bulat. Lagu Look Alive BlocBoy feat Drake mengalun. Levy menggeser tetikus ke bawah, memeriksa akun calon lawannya, kelingkingnya mengelus-elus janggut sambil menggigit ibu jarinya. Beberapa pekan sebelumnya, Levy beberapa kali membuat konten mempermalukan orang-orang yang memakai mesin catur sebagai alat bantu ketika bermain catur di Chess.com. Ia tampak senang melakukan itu lagi di hadapan 12 ribuan pengikutnya yang menonton langsung.
“Orang ini (sempat) kalah dari orang yang bermain (dengan akusasi) 99 (persen).” Akun Dewa Kipas di mata Levy cukup mencurigakan, akurasi langkahnya selalu di atas 90 persen. Ia menghela napas, mengusap-usap kumis kemudian hidungnya, “saya akan mainkan (pion) d4.”
“Kita lihat apakah kita bisa dapat konten di sini, oke?” tangannya menutupi seluruh mulutnya, mengklik lagi akun lawannya. “Lihat grafik ratingnya. Mengesankan sekali. Lihat, lihat orang ini, dalam 13 hari hampir 1000 poin ELO.”
“Saya akan mencoba bermain sesolid mungkin, itu yang akan saya lakukan."
Para pengikut Levy bersorak dan turut mengadili di kolom komentar. Levy bermain halus, tidak terlalu menggebu-gebu sebagaimana kebiasaannya. Sesekali ia mengangkat bahu, memain-mainkan bibir bawahnya, mengelus-elus janggutnya lagi, ia tahu akan kalah jika melawan komputer. Ia juga tahu langkah-langkahnya bukan yang terbaik, ia hanya memainkan langkah yang akan membuktikan lawannya menggunakan mesin. Suara Elton John mengalun, menyanyikan Tiny Dancer. “Saya harus menemukan beberapa langkah untuk bertahan. Apakah saya masih punya beberapa langkah lagi?"
Para pengikut Levy terus bersorak. Dan ia kalah, menyerah, tak ada lagi langkah yang memanjangkan napasnya. Satu langkah skakmat.
Ia bangkit dari kursinya. Ketika ia kembali gilran Maitre Gims bernyanyi, J'Me Tire.
“Apa?”
“Hah?"
“Oke, ini dia. Ini aneh banget. Orang ini bermain 91, 98. Lihat, lihat.”
Levy kemudian mengevaluasi pertandingannya. “Dia jelas, jelas, jelas sekali curang. Tapi yang paling kelihatan di sini, di mana kita bisa lihat rentang waktunya.
"Hitam butuh waktu 15 detik untuk melangkahkan f5, kemudian 15 detik lagi untuk melangkahkan g5, kemudian 16 detik untuk g4, kemudian 17 detik untuk (kuda) makan kuda (d2)—yang merupakan ide keseluruhan (formasi hitam), kemudian 15 lagi untuk (kuda) memakan (pion) b3, dan kemudian 15 lagi untuk menemukan satu-satunya langkah legal yang masuk akal (menyelamatkan kuda, a5).
"Dan, seiring jalannya pertandingan, hitam memainkan semua langkah terbaik.” Tapi, tidak juga.
Levy sempat mengancam skakmat dengan menteri makan pion h7 didukung benteng h1, Dewa Kipas memajukan benteng ke c7 untuk melindungi pion yang terancam, Levy menggeser benteng b ke c1 mengancam benteng lawan yang mendekingi pion; dan Dewa Kipas mengelak, menutup lajur c dengan kuda ke c4. Menurut komputer itu kesalahan, bukan langkah terbaik. Levy juga bertanya-tanya kenapa itu bukan langkah terbaik menurut komputernya. Linkin Park menyanyikan What I’ve Done.
“Saya penasaran, apa yang salah?”
"Lihat. Lihat, lihat, lihat, lihat. Itu tidak salah. Oh, oh, oh, ini soal kedalaman. Komputernya lebih kuat dari komputer saya.”
“Lucu."
“Omong-omong, saya akan cek lagi akunnya nanti, saya sudah melaporkannya.”
“Memalukan sekali ada orang yang seperti ini.”
“Saya sudah tahu (dia curang) bahkan sebelum kami bertanding, tapi saya tetap melakukannya demi konten."
Berat sekali memang dunia ketahanan konten ini.
“Sekali lagi, memalukan sekali ada orang seperti ini. Saya tahu dia curang di detik saya memeriksa akunnya.”
Tak lama kemudian, Dewa Kipas dihakimi lagi. Kali ini dari yang benar-benar punya otoritas di platform ia dan Levy bermain, Chess.com. Ia dinyatakan telah melanggar prinsip-prinsip fair play, setelah dilakukan review oleh tim Chess.com, permainannya dinyatakan mirip dengan robot dan karena itu hukumannya jelas: akun Dewa Kipas ditutup, selama-lamanya.
Ali Akbar, anak Dadang Subur, orang di balik akun Dewa Kipas, mencoba membela sang ayah melalui status Facebook keesokan harinya. Ali memaparkan bukti-bukti bahwa ayahnya adalah seorang pecinta catur sepanjang hayat dan punya beberapa sertifikat kejuaraan catur; ayahnya tidak mungkin menggunakan mesin catur karena gaptek—akun di Chess.com pun Ali yang bikinkan; ayahnya terbiasa bermain melawan mesin catur Shredder dengan rating ELO 2600; ayahnya tekun mempelajari langkah-langkah mesin dengan mencatat manual dan mengevaluasinya lagi usai bertanding, dan Ali menyertakan foto-foto coretan tangan ayahnya. Ali juga mengunggah tangkapan layar pesan dari fans Gotham Chess yang menyerang, menghina, dan melecehkan ayahnya.
"Saya tidak terima,” tulis Ali. "Mentang-mentang public figure bisa senaknya saja memblokir akun orang.”
Ali keliru di bagian terakhir. Levy tidak bisa memblokir akun orang. Ia hanya bisa melaporkan, dan benar ia lakukan seperti diakuinya sendiri. Chess.com yang menutup akun Dewa Kipas.
Status Ali viral, beberapa orang menuliskan ulang pembelaannya dalam Bahasa Inggris di Twitter dan Reddit. Video-video analisis pertandingan Dewa Kipas dan Levy bermunculan di YouTube. Dan tentu saja, bukan netizen Indonesia namanya kalau tidak rusuh, orang-orang mulai membanjiri Levy dengan pesan-pesan menghina, melecehkan, dan mengancam, di semua platform yang Levy pakai—bahkan istri dan keluarganya pun menjadi sasaran. Media massa tak mau ketinggalan meliput drama baru di internet ini.
Chess.com membuat klarifikasi, bahwa mereka tidak menutup akun berdasarkan masifnya laporan melainkan dari review internal. Levy menyatakan telah menghubungi Ali Akbar dan akan akan mencari “solusi positif”. Tapi itu tidak menghentikan serangan terhadap Levy. Netizen Indonesia justru semakin beringas. Mereka seolah mendapat mangsa baru setelah Microsoft dan Dayana Kazakhtan. (Apa yang bisa kita harapkan dari gerombolan orang yang terlatih mengomentari apa saja di kolom komentar media massa, akun-akun selebriti dan politisi atau siapa pun yang tidak pantas menurut standarnya, dan terbelah tajam setiap pemilu?)
Tak tahan diserang, Levy menggembok akun Twitter dan Instagramnya, dan menutup akses semua orang yang berada di wilayah Indonesia atas kanal YouTube-nya.
Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB PERCASI) sampai merasa harus angkat bicara. Pada 14 Maret, mereka menggelar jumpa pers melaui Zoom, "Edukasi Catur Daring dan Problematikannya dari Kasus Dewa Kipas”. Tidak ada yang baru di sana. Mereka hanya mengulang apa yang sudah disampaikan Levy, bedanya mereka bicara dalam Bahasa Indonesia dan memperhalus ungkapan: bukan curang, tetapi “tidak wajar” dan “tidak normal”.
Jumpa pers itu tidak banyak mendapat perhatian, dua hari sebelumnya Dadang Subur dan Ali Akbar datang ke podcast Deddy Corbuzier, sehari sebelumnya podcast itu ditayangkan di kanal YouTube Deddy yang punya 13 juta subscriber. Videonya ditonton 2 jutaan orang. Tidak ada yang baru juga dalam podcast Deddy, Dadang dan Ali hanya memutar ulang pernyataan mereka sebelumnya, tapi jelas bahwa perhatian banyak orang atas kasus ini menjadi semakin besar.
Grandmaster Wanita Irene Kharisma Sukandar, yang ikut serta dalam jumpa pers PERCASI, gundah melihat podcast Deddy. Ada banyak hal yang menurutnya perlu diluruskan. Ada sisi lain cerita yang perlu mendapatkan perhatian sama besar. Ia menulis surat terbuka kepada Deddy.
“Saya selalu memegang nilai-nilai kebenaran, jujur, dan ksatria seperti makna permainan catur, dan kita, saya dan Mas Deddy, sebagai public figure yang bisa membentuk opini masyarakat harus bersama-sama memberitakan berita yang benar untuk membangun karakter bangsa ini,” tulis Irene.
“Seakan-akan citra positif dan prestasi yang kami bangun susah payah untuk Tanah Air, Indonesia yang sangat saya cintai ini sirna karena dampak dari pemberitaan yang berkembang. Jikalau Mas Deddy berkenan, mari luruskan hal ini agar tidak berimbas terlalu dalam bagi kami patriot-patriot catur Indonesia."
Saya suka surat Irene, ia membebani dirinya dan mengajak Deddy Corbuzier untuk "membangun karakter bangsa”. Tidak banyak orang yang rela menjadi seperti Irene. Tapi Irene sebetulnya tak perlu khawatir soal citra positif dan prestasi catur Indonesia; Dewa Kipas, atau Dadang Subur, atau siapa pun, tidak akan bisa menghapusnya—tidak pula jari-jemari netizen.
Dan semua yang terjadi ini tidak akan berimbas bagi para patriot catur Indonesia. Bagaimana bisa berimbas? Malu? Jika Dewa Kipas curang, ia sendirilah yang perlu merasa malu, yang lain tidak perlu. Keberingasan netizen Indonesia? Itu sudah hukum alam, hampir mustahil mengubahnya.
Setelah surat terbuka Irene, media massa berbalik. Mereka beramai-ramai mengutip para pajabat PERCASI, Kemenpora, dan lain-lain untuk menyatakan bahwa Dewa Kipas curang. Meski Irene tidak menyebut nama, melainkan “kasus” atau “pemberitaan”, banyak media menyebut nama Dadang Subur/Dewa Kipas “mencoreng” catur Indonesia. Sekali lagi, Dewa Kipas dihakimi.
Berapa kali lagi ia harus dihakimi?
Dewa Kipas curang atau tidak bagi saya sudah tidak relevan lagi, yang lebih penting dibicarakan adalah iklim percaturan dalam negeri. Kasus Dewa Kipas telah mengundang perhatian sedemikian besar bagi catur Indonesia; ia memicu percakapan penting tentang catur daring selama dua minggu terakhir; dan ia menghadirkan momentum untuk melakukan sesuatu.
Sejak pandemi, popularitas catur daring meningkat pesat luar biasa. Kreator konten seperti Levy Rozman bermunculan, Grandmaster seperti Magnus Carlsen dan Hikaru Nakamura bermain melawan orang acak di internet dan disiarkan langsung melalui Twitch atau YouTube. Platform Chess.com bekerja sama dengan para gamer terkenal seperti xQc, MrBeast, Pokimane, Neekolul, dan lain-lain. Terima kasih kepada kultur gaming yang memungkinkan semua itu terjadi.
Setahun lebih pandemi, “para patriot" catur Indonesia masih belum banyak meninggalkan jejak di sana. Irene telah memulainya, akan lebih baik jika langkah itu diikuti master lain.
Karena kontoversinya berhasil menghadirkan momentum itu, bagi saya, setidaknya bagi saya, Dewa Kipas/Dadang Subur adalah patriot juga. Atau, kalau tidak boleh disebut patriot, martir boleh juga.
Dewa Kipas Curang atau Tidak, Dadang Subur Juga Seorang Patriot
Terima kasih, mas Bana, tulisannya segar! Saya yang tidak terlalu mengikuti perkembangan ini saja bisa secara tidak sengaja bertemu dengan keramaian bahasan Dewa Kipas blablabla entah saat di mana. Dan ya, saya jadi tahu, ternyata Irene Iskandar punya akun Twitch juga gara-gara keributan ini. Dari sudut pandang dunia catur nasional, ini jadi momentum bagus banget untuk lebih mengenalkan catur, kecuali kalau orang-orang masih fokus dengan Dewa Kipas, sih.
Kasihan Pak Dadang sebetulnya. Dia tak perlu kena imbas ribut tak perlu jika Levy dan anaknya bisa sama-sama ngerem sikap.